Meskipun orang Banjar, bukan berarti Banjarmasin sudah saya jelajahi. Apalagi rumah saya memang bukan di Banjarmasin, tapi ke kecamatan Astambul Kabupaten Banjar. Beda ya?
Tentu saja. Di Kalimantan selatan ada Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, dan Kabupaten Banjar. Semuanya berada di kabupaten yang berbeda.
Kembali berbicara tentang Banjarmasin, sejak Patung Bekantan dibangun sebagai Maskot kota Banjarmasin, saya belum pernah ke sana sama sekali. Padahal tahun lalu saya pergi ke Banjarmasin setiap pekan untuk kuliah. Mungkin waktu itu tidak ada waktu dan tidak menyempatkan waktu.
Maka liburan kali ini saya mengajak adik saya untuk sengaja pergi ke Banjarmasin dan mendatangi sang Bekantan.
Bukannya saya merasa patung ini sangat spektakuler dan harus didatangi, bukan. Tapi rasanya aneh saja, untuk tidak pernah pergi ke sana sama sekali. Maka saya ingin pergi ke sana meskipun cuma sekali.
Rute Menuju Menara Pandang dan Taman Maskot Bekantan
Taman Maskot Bekantan terletak di tepi sungai Martapura Banjarmasin. Berdekatan dengan lokasi tersebut juga terdapat menara pandang untuk melihat suasan kota Banjarmasin.
Jika ingin berangkat ke kedua objek wisata tersebut menggunakan kendaraan pribadi saya usulkan untuk mendatangi Menara Pandang terlebih dahulu. Mengapa begitu?
Karena dari Menara Pandang ke Taman Maskot Bekantan adalah jalan satu arah. Jika mendatangi Maskot Bekantan terlebih dahulu, maka akan kesulitan untuk ke Menara Pandang karena jalannya jadi memutar dan lebih jauh. Kecuali dengan jalan kaki sekitar setengah kilometer.
Menara Pandang juga terletak di tepian sungai Martapura. Pengunjung boleh naik sampai ke lantai tiga untuk memandang suasana kota Banjarmasin.
Di lokasi menara pandang terdapat peta wisata kota Banjarmasin. Dengan melihat peta tersebut pengunjung bisa memutuskan objek wisata apa saja yang bagus untuk dikunjungi.
Taman Maskot Bekantan Banjarmasin
Dari Menara Pandang selanjutnya berangkat ke Taman Maskot Bekantan. Bekantan adalah hewan khas Kalimantan Selatan. Patung bekantan yang dijadikan maskot terlihat sedang memegang buah langsat atau duku dan memandang ke arah Sungai Martapura.
Kalo mau narsis nih, saat memandang Maskot Bekantan di tepian sungai Martapura seperti Patung Merlion di Marlina Bay. Belum lagi di tepian sungai Martapura terdapat trotoar tempat berjalan, seperti runway yang ada disekitar taman Merlion. Bahkan saat memandang ke sebelah kiri, sama-sama bisa melihat jembatan, hehe.
Perbedaannya, tentu saja banyak. Jika diseberang Merlion ada gedung pencakar langit, maka di seberang Maskot Bekantan ada pasar wadai. Trotoarnya juga tidak sebagus yang ada di sana. Tapi menurut saya tetap menarik untuk dilihat.
Hanya ada sedikit yang kurang sedap dipandang, di salah satu sudut ada tumpukan enceng gondok dan sampah yang mengapung. Sungai Martapura memang berwarna keruh, tapi menurut saya masih dalam batas wajar, karena dasarnya adalah tanah. Namun jika bebas dari sampah tentu lebih baik.
Di tepian sungai terdapat banyak kelotok parkir. Kelotok ini bisa disewa untuk membawa penumpang yang ingin naik kelotok. Misalnya yang ingin pergi ke Pulau Kembang, pulaunya para monyet. Pada hari libur banyak yang berangkat, jadi bisa bareng-bareng. Namun pada hari kerja hanya sedikit yang ingin berangkat.
Selain untuk transportasi, sebuah kelotok digunakan sebagai warung makanan. Pengunjung bisa beli makan di sana.
Setelah puas jepret-jepret di sana saya pun akhirnya kembali dengan membawa kenangan, saya sudah pernah kesana.